Cari Blog Ini

Minggu, 08 November 2009

Kisruh KPK-POLRI

Kisruh KPK-POLRI masih berlangsung sampai sekarang mulai membuat beberapa kalangan gerah. Bukan hanya dari kedua belah pihak yang berselisih paham, maupun pemerintah dan pihak-pihak tarkait. Masyarakat yang awalnya merupakan sekelompok "penikmat pertunjukan" politik negeri ini kini juga turut campur dalam masalah ini. Beberapa fakta mengejutkan yang diungkap Tim Pencari Fakta, ICW dan terutama media massa mulai mengerakkan masyarakat untuk ikut campur dalam upaya pemecahan masalah ini. Sebagai negara demokrasi hal ini merupakan kemajuan yang sangat pesat terhadap pendidikan poltik bagi masyarakat negeri ini.

Akan tetapi kemajuan dalam satu hal pasti diiuti pula dengan kemunduran pada suatu hal lain. DEMOKRASI yang selama ini dicita-citakan memang maju terbukti dengan banyaknya masyarakat yang ikut membubuhkan tandatangan di atas selembar kain putih besar seukuran lapangan voli. Tapi apakah ini cukup dikatakan sebagai keberhasilan?

Satu hal yang perlu menjadi koreksi adalah ruang lingkup demokrasi itu sendiri. Coba kita analogikan politik indonesia dengan lahan pertanian. Lahan yang luas tidak selalu menghasilkan panen yang bagus, justru dapat menimbulkan kerugian yang berlipat ganda jika proses yang dikerjakan di dalamnya tidak sesuai dengan yang seharusnya. bayangkan jika ada 500 orang yang bersama-sama menggarap satu lahan yang sama? jangankan panen, tumbuhpun rasanya tidak.

Lalu apa solusinya? Jawabannya adalah media. Peran media sebagai penyampai informasi yang akhirnya mampu membentuk opini publik perlu dikendalikan. Bukan oleh pemerintah ataupun swasta, tetapi oleh independensi media massa itu sendiri. Tidak perlu lah menyampaikan apa yang tidak seharusnya disampaikan. Dalam hal ini peru adanya kesadaran masing-masing media untuk membagi porsi informasinya seproporsional mungkin. Patahkan pendapat bahwa BAD NEWS lebih laku daripada GOOD NEWS dengan lebih bijak dalam isi informasinya.